Minggu, 05 April 2009

pertemuan pertama

Kuawali keeksisan "serba-serbi" dengan karya prosa yang habis dibaca dalam sekali duduk. Cerpen, itulah prosa yang saya maksud. Cerpen kerap dibangun dari jalinan dan alur yang menarik. Alur yang menarik sering terjadi karena jalinan konflik tokoh. Kelebihan dan kekurangan isi cerpen dapat ditinjau dari segi unsur intrinsik (unsur yang membangun karya sastra dari dalam) yang menonjol, kuat, menarik, ataupun yang lemah. Unsur intrinsik cerpen meliputi tema, alur, penokohan/karakter, sudut pandang pengarang, setting (latar), amanat, ataupun gaya bahasa yang dipakai. Nah, inilah yang akan mewakili saya untuk memperkenalkan diri.
SAMA
Kurasakan ngilu pada seluruh tubuhku. Ini pasti kau yang ngilu. Ya, ternyata memang kau yang ngilu. Aku segera menyetir jalanan. Ku obrak abrik jika ada yang menyakitimu. Jalanan kugasak dengan ganas, meski akhir-akhir ini ku rasakan kau mengkhianatiku, aku ingin menepisnya.. Tapi, saat ku sampai di rumah penuh bau obat ini, di kamar yang serba putih ini.. Kubuktikan sudah kau telah bersamanya, mengkhianatiku.
****
Tanpa mengenal dirimu atau diriku, aku hanya ingin terus berjalan melewati waktu tanpa bayangmu. Aku mengenalmu selama hidupku, sejak aku masih menjadi segumpal darah kaupun menyertaiku, atau akukah yang ternyata menyertaimu, membuatku ingin berubah. Tapi, adakah kau tahu. Aku ingin menjadi diriku, tanpa bayangmu. Aku juga tahu, kau juga ingin tanpa bayangku. Aku lelah merasakan lelahmu. Atau, kau yang susah merasai susahku. Aku tak ingin semua tahu, tapi kau selalu tahu aku. Aku tak ingin kau selalu bersedih karena sedihku, tapi kau selalu tahu. Orang-orang susah mengenali dirimu, diriku. Kita susah menjauh, atau hanya aku yang ingin menjauh? Kupandang dirimu, cermin bagiku. Meski kita bergaun beda, kau adalah aku, aku adalah kau. Atau, sebenarnya kita adalah satu? Aku senang saat kau merasai senangku, tapi aku benci kau mencintai cintaiku. Apa karena kita sama? Hentikan saja kesamaan kita, atau aku saja yang berubah agar kita tak lagi sama. Tapi apa yang harus kuubah? Rupakah? Kau cantik, aku juga. Kau buruk rupa, aku juga. Aku manis, pasti kau juga. Aku tomboi, kenapa kau tak? Tapi kenapa aku jadi kau. Kenapa aku harus bergaun seperti kau. Kenapa kita... Meski sama, meski mereka tak bisa membedakan kita, meski semuanya terlihat sama... Biarkan aku sendiri. Kutatap kau sekali lagi, kali ini kaupun menatapku. Kau menangis, aku tahu. Kau memelukku, aku juga tahu. "Maafkan aku...karena kita sama", ucapmu seperti suaraku. Aku marah, tapi akupun menangis sepertimu. Kali ini aku ingin beda. Tak ku tautkan tanganku pada tubuhmu yang bergetar seperti ketika kau menangis di dadaku selama ini. "Aku kira sama saja, kau atau aku yang memilikinya. Bukankah kita sama-sama merasakan, kau mencintainya, tak salahkan aku juga ingin mencintainya?", suaramu membuat air mataku kering. Ku dorong kau. Kutatap wajahmu.. masih saja cerminku. "Kita berbeda sekarang.. Aku senang, dan semoga kaupun senang. Ya, sekarang kau boleh mencintainya. Tapi jangan kau kirim rasa cintamu padanya kepadaku. Aku tak ingin merasakan apa yang kau rasakan dengannya. Aku juga tak ingin kau merasakan apa yang kurasakan sekarang", ku kecup keningnya yang menyerupai keningku. Ku dekap tubuhnya yang masih bergetar yang aku rasakan dalam tubuhku. Aku berdiri meninggalkan dirinya yang diriku, bersama cintaku yang sekarang menjadi cintanya. Ku pandang wajah cintaku, diam pucat dengan selang-selang infus. Aku tersenyum.. lalu melangkah pergi.. Kau menangis mencoba menghentikanku.. Tapi kaupun tak bisa berlari jauh dengan luka-lakumu.. Aku tersenyum juga menangis. "Kita tak lagi sama, sayang, aku akan meninggalkan kesamaan kita, biarkan aku menjadi lain", meski begitu tangisku masih seperti dirinya..(eS_Rof)

Tidak ada komentar: